Implementasi 5G di Indonesia Menghasilkan Berbagai Kecanggihan

Implementasi 5G di Indonesia Menghasilkan Berbagai Kecanggihan
Foto: Z z / Pexels

PriludeStudio.com-Tasikmalaya. Ketersediaan konektivitas 5G di Indonesia diyakini bakal memberikan ragam keuntungan bagi masyarakat umum, industri lintas sektor, hingga pemerintahan. Jika sudah dilakukannya implementasi 5G di Indonesia akan menghasilkan berbagai kecanggihan. Sebab, otomatisasi akan semakin nyata begitu 5G diimplementasikan.

Beberapa ahli juga menyebutkan kecepatan koneksi internet 5G bisa menyentuh sekitar 10 Gbps ke ponsel. Kecepatan tersebut 600 kali lebih cepat daripada kecepatan 4G pada ponsel saat ini, dan 10 kali lebih cepat dari layanan fiber optic di rumah.

Sebagai gambarannya, dengan kecepatan maksimal 5G, pengguna bisa mengunduh film 4K dalam 25 detik, sembari melakukan streaming beberapa film pada waktu yang sama tanpa diinterupsi lag.

Tapi keunggulan 5G tak sekadar hanya kecepatan yang super ngebut saja. Teknologi jaringan ini punya latensi yang lebih rendah dan kemampuan untuk menghubungkan lebih banyak perangkat sekaligus.

Jika 4G memiliki latensi rata-rata sekitar 50 milidetik, latensi rata-rata 5G diperkirakan sekitar 10 milidetik. Bahkan latensi 5G bisa turun hingga 1 milidetik.

Implementasi 5G di Indonesia Menghasilkan Berbagai Kecanggihan dengan kapasitas jaringan 5G juga lebih luas ketimbang 4G. Alhasil kemampuan jaringan 5G terhubung dengan perangkat di satu area mencapai 10 kali lebih banyak dari 4G (1 juta devices/km2), sehingga penggunaannya tidak hanya untuk pemenuhan layanan mobile broadband untuk konsumen, namun juga untuk Industry 4.0.

Nah dengan latensi atau mudahnya disebut waktu delay yang lebih rendah serta kapasitas jaringan jumbo, internet 5G dapat diandalkan untuk menjalankan kendali jarak jauh secara presisi. Misalnya, untuk teknologi robotik dan video monitoring di industri manufaktur, operasi medis jarak jauh oleh dokter bedah, pengendalian kendaraan otonom, sampai dengan memungkinkan para eksekutif dan para staff melakukan rapat virtual dengan video hologram 3D.

Di Indonesia, layanan 5G komersial telah digelar oleh beberapa provider telekomunikasi. Telkomsel merupakan provider pertama yang menyediakan konektivitas 5G. Ada 9 wilayah yang telah ter-cover konektivitas 5G Telkomsel, antara lain Jakarta, Medan, Batam, Bandung, Balikpapan, Solo, Surabaya, Makassar, dan Denpasar, detail titik lokasi di 9 wilayah tersebut dapat di cek pada laman telkomsel.com/5G.

Bahkan, Telkomsel telah menjalankan pilot project implementasi 5G untuk industri manufaktur. Dalam hal ini, Telkomsel bekerja sama dengan Schneider Electric.

Ada tiga program utama dalam kerja sama Telkomsel dengan Schneider Electric. Pertama, menghadirkan fitur live streaming virtual tour pabrik pintar Schneider Electric di Batam sehingga para mitra global dapat mengunjungi pabrik pintar dari berbagai belahan dunia.

Kedua, menghadirkan teknologi EcoStruxure Augmented Operator Advisor berupa penerapan augmented reality menggunakan device (tablet) yang terhubung dengan jaringan 5G untuk membantu teknisi dalam aktivitas pemeliharaan jarak jauh.

Ketiga, pengaplikasian sistem EcoStruxure Machine Advisor yang menghubungkan IoT connected product (sensors & drives) dengan online dashboard monitoring machine fleet management, sehingga proses produksi dapat dimonitor secara real-time melalui dashboard yang tersedia.

“Upaya kolaboratif ini menjadi bukti nyata komitmen kami dalam menghadirkan ekosistem layanan 5G Telkomsel yang tepat guna dengan menggandeng para pemangku kepentingan, terutama pelaku di industri,” ujar Senior Vice President Enterprise Account Management Telkomsel Dharma Simorangkir beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Ketua Forum 5G Indonesia Sigit Puspito Wigati menyebut Indonesia harus segera mempersiapkan diri untuk mengimplementasikan 5G di berbagai bidang, terutama di sektor IoT atau Internet of Things. Ia menyatakan potensi ekonomi yang dibawa 5G sangat menjanjikan.

“Potensi 5G IoT sangat besar,menurut beberapa kajian bahkan 60% revenue 5G mungkin dari use case 5G IoT, sisanya 30% eMBB dan 10% mission critical. Tinggal masalah waktu saja, karena standarnya memang agak tertunda. Jadi di Indonesia perlu banyak dikembangkan berbagai use-case dan aplikasi yang terkait 5G IoT ini, bagus kalau sampai ketemu killer applicationnya. Bisa saja disayembarakan agar lebih banyak model use case baru” tutur Sigit.

Ia juga menegaskan bahwa dukungan dari semua pihak yang berkepentingan dalam mewujudkan roadmap 5G di dalam negeri sangatlah dibutuhkan. Lebih dari sekedar kemampuan 5G untuk komunikasi, perlu ada eksplorasi lebih jauh terkait penggunaan teknologi ini untuk dimanfaatkan lebih lanjut di berbagai sektor.

Anda mungkin juga suka...

Artikel Populer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.