Waktu yang kita habiskan di sosial media

Waktu yang kita habiskan di sosial media, kenapa bikin candu?

Pernyataan “Smartphone adalah narkoba digital” sepertinya bukan isapan jempol belaka. Bagaimana tidak, mayoritas manusia modern saat ini tidak bisa lepas dari smartphone. Coba perhatikan statistik penggunakan smartphone harian Anda, berapa jam yang Anda butuhkan untuk membuka layar smartphone. Apakah 4 jam, 5jam atau bahkan 7jam dalam sehari, sungguh penomena yang mengerikan. Lebih dalam, silakan perhatikan lagi. Aplikasi apa yang paling sering dibuka? jika boleh main tebak-tebakan, saya tebak, aplikasi sosial media masuk ke 10 besar aplikasi paling sering dibuka di smartphone Anda. Atau bahkan, bisa jadi masuk dalam tiga besar paling sering dibuka. Jadi, sebanyak itukah waktu yang kita habiskan di sosial media? dan kenapa bisa seperti itu?

Waktu yang kita habiskan di sosial media

Menilis sejenak ke pertanyaan awal. Berapa lama waktu yang kita habiskan di sosial media. Saya sendiri, saat tulisan ini dibuat memiliki waktu rata-rata membuka instagram antara 2-3 jam perhari. Dan di smartphone saya, Instagram bukan satu-satunya aplikasi sosial media yang terinstall. Ada aplikasi lain yang diinstall seperti twitter, facebook, youtube, tiktok. Coba kita analogikan jika masing-masing dari aplikasi sosmed itu kita buka 1 jam setiap harinya. Kita sudah menghabiskan waktu sekitar 4 sampai 5 jam sehari hanya untuk membuka sosial media. Sungguh waktu produktif yang banyak terbuang. Bayangkan jika waktu sebanyak itu kita gunakan untuk hal yang produktif seperti menjadi freelancer, misalkan.

Kenapa kita bisa kecanduan?

Mengutip tanyangan film dokumenter “The Social Dilemma” yang tanyang di Netflix , kita bisa begitu kecanduan terhadap Sosial Media karena mereka menerapkan AI alias kecerdasan buatan. Kecerdasaran buatan di sosial media mereka pasang pada sistem rekomendasi feed. Ketika Anda buka facebook, Anda akan disajikan pada feed yang Anda sukai. Begitu juga ketika Anda scroll TikTok, Anda hanya akan disajikan video dengan tema yang Anda sukai. Begitu juga dengan Instagram, twitter, youtube, semuanya melakukan cara yang sama. Kenapa mereka melakukan itu semua? tujuannya adalah supaya Anda menghabiskan lebih banyak waktu di aplikasi mereka. Semakin banyak Anda menghabiskan waktu di sosial media, maka semakin banyak juga pendapatan iklan yang mereka peroleh.

Sejak ditemukannya AI yang diimplementasikan pada sosial media, kecenderungan orang untuk mengakses sosial media menjadi semakin meningkat. Pada awal tahun 2000-an kita disajikan satu pilihan sosial media yang booming pada saat itu, yaitu friendster. Namun frienster tidak “sejahat” sekarang. Dia tidak menerapakan AI pada aplikasinya, sehingga membuat kita mudah untuk terlepas dari website tersebut. Penerapan AI mulai marak seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin menggila. Ilmu pengetahuan di bidang komputer saat ini semakin meningkat. Para ilmuan komputer mulai menemukan serangkaian Algoritma yang memungkinkan untuk mengolah data dalam jumlah besar (BIG DATA) untuk dikeruk manfaatnya.

Benefit atau manfaat yang diperoleh adalah mereka bisa mengumpulkan data pribadi kita sebanyak mungkin untuk diolah. Data pribadi seperti lokasi, kesukaan, pandaangan politik, makanan yang disukai, film favorite dan berbagai informasi lainnya tentang kita mereka kumpulkan. Setelah dikumpulkan kemudian informasi tersebut diolah hingga menghasilkan pengetahuan tentang pribadi kita. Pengetahuan tentang kepribadian kita itulah yang dimanfaatkan oleh aplikasi sosial media untuk menyajikan informasi yang paling kita sukai. Ingat semakin kita suka tentang informasi tersebut maka akan semakin banyak waktu yang kita habiskan untuk membuka aplikasi.

Menghasilkan Polarisasi Pandangan Politik

Disadari atau tidak, dengan adanya AI pada aplikasi sosial media semakin memperparah polarisasi pandangan politik kita. Berkaca pada kasus cebong dan kampret yang sampai saat ini masih terjadi disekitar kita, membuktikan sisi gelap lain dari Media Sosial. Polarisasi tersebut bisa terjadi karena apa yang dilihat oleh setiap itu berbeda. Contohnya, misal saya adalah pendukung Prabowo pada saat pilpres maka feed di Instagram saya semua adalah konten yang membela Prabowo dan menjelekan Jokowi, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut tidak lain karena memang kita hanya direkomendasikan konten yang kita sukai saja.

Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya, setidaknya bisa memberikan gambaran tentang bagaiamana sosial media bekerja, dan kita bisa lebih berhati-hati dalam menghabiskan waktu di sosial media.

 

Salam

 

Taofik Muhammad

CEO Prilude

Anda mungkin juga suka...

Artikel Populer

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.